Setelah berhasil melepas strain ikan nila jantan super yang dikenal
dengan nila GESIT (Genetically Supermale Indonesian Tilapia ) pada tahun
2006 dan benih tebarnya disebut dengan Nila GMT (Genetically Male
Tilapia), BPPT melakukan perekayasaan teknologi produksi ikan Nila
SALIN, yaitu strain ikan nila yang toleran terhadap perairan payau
maupun laut dengan salinitas ≥ 20 ppt. Upaya ini dilakukan untuk
mengantisipasi banyaknya tambak air payau yang terlantar akibat
kolapsnya budidaya udang, dan di lain pihak ragam jenis ikan komersial
yang dapat dibudidayakan di tambak masih sangat terbatas. Pengembangan
Nila Salin, disamping dapat menghidupkan kembali industri perikanan air
payau, juga mengakselerasi produksi perikanan untuk konsumsi dalam
negeri, dan meningkatkan devisa melalui ekspor.
Perekayasaan teknologi produksi ikan nila SALIN merupakan yang pertama di Indonesia, yang meliputi serangkaian kegiatan uji tantang, seleksi strain, pelaksanaan “diallel crossing” menggunakan 8 strain ikan nila hasil seleksi, uji performance, dan uji multilokasi. Keunggulan nila salin kemudian disempurnakan dengan memanfaatkan hasil perekayasan produk protein rekombinan hormone pertumbuhan (rGH) dan perekayasaan produksi vaksin DNA Streptococcus yang juga dikembangkan oleh Pusat Teknologi Produksi Pertanian. Pemanfaatan ketiga hasil perekayasaan ini membentuk profil ikan nila SALIN unggul yang cepat tumbuh dan tahan penyakit. Kegiatan ini dilaksanakan di Laboratorium Pengembangan Teknologi Industri Agro dan Bio Medika (LAPTIAB) Puspiptek Serpong dan di tambak Balai Pengembangan Budidaya Air Payau dan Laut milik Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Jawa Barat di Karawang.
Mengingat bahwa Ikan nila (Oreochromis niloticus) merupakan salah satu jenis ikan budidaya paling populer di dunia, dan banyak dikonsumsi oleh berbagai lapisan masyarakat di Indonesia, negara-negara di Asia, Afrika maupun Amerika, maka pengembangan nila salin akan berhasil mencapai sasaran yang diharapkan. Sebagai gambaran, dalam hal produksi ikan nila, saat ini Indonesia telah menduduki rangking ketiga terbesar di dunia setelah Cina dan Mesir. Meskipun demikian peluang peningkatan produksi ikan nila masih belum tergarap secara optimal untuk mengisi kebutuhan pasar domestik maupun pasar global. (Pusat Teknologi Produksi Pertanian).
Sumber/Link: http://www.bppt.go.id
info pemesanan bibit 081241909077
Perekayasaan teknologi produksi ikan nila SALIN merupakan yang pertama di Indonesia, yang meliputi serangkaian kegiatan uji tantang, seleksi strain, pelaksanaan “diallel crossing” menggunakan 8 strain ikan nila hasil seleksi, uji performance, dan uji multilokasi. Keunggulan nila salin kemudian disempurnakan dengan memanfaatkan hasil perekayasan produk protein rekombinan hormone pertumbuhan (rGH) dan perekayasaan produksi vaksin DNA Streptococcus yang juga dikembangkan oleh Pusat Teknologi Produksi Pertanian. Pemanfaatan ketiga hasil perekayasaan ini membentuk profil ikan nila SALIN unggul yang cepat tumbuh dan tahan penyakit. Kegiatan ini dilaksanakan di Laboratorium Pengembangan Teknologi Industri Agro dan Bio Medika (LAPTIAB) Puspiptek Serpong dan di tambak Balai Pengembangan Budidaya Air Payau dan Laut milik Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Jawa Barat di Karawang.
Mengingat bahwa Ikan nila (Oreochromis niloticus) merupakan salah satu jenis ikan budidaya paling populer di dunia, dan banyak dikonsumsi oleh berbagai lapisan masyarakat di Indonesia, negara-negara di Asia, Afrika maupun Amerika, maka pengembangan nila salin akan berhasil mencapai sasaran yang diharapkan. Sebagai gambaran, dalam hal produksi ikan nila, saat ini Indonesia telah menduduki rangking ketiga terbesar di dunia setelah Cina dan Mesir. Meskipun demikian peluang peningkatan produksi ikan nila masih belum tergarap secara optimal untuk mengisi kebutuhan pasar domestik maupun pasar global. (Pusat Teknologi Produksi Pertanian).
Sumber/Link: http://www.bppt.go.id
info pemesanan bibit 081241909077
Belum ada tanggapan untuk "Nila Saline Cocok Untuk Tambak"
Posting Komentar