PENDAHULUAN
I.
Latar Belakang
Plankton adalah suatu organisme yang berukuran
kecil yang hidupnya terombang ambing oleh arus di laut bebas. Mereka terdiri dari makhluk-makhluk yang
hidupnya sebagai hewan (zooplankton) dan sebagai tumbuhan (phytoplankton). Fitoplankton adalah komponen autotrophic. Nama berasal dari
kata Yunani , (phyton), yang berarti "tanaman", dan (planktos), yang
berarti "pengembara" atau "gelandangan".(Wikipedia bahasa
indonesia
).
Fitoplankton memiliki klorofil hingga mampu
melakukan reaksi fotosintesis dimana air berkarbondioksida dimana adanya sinar
matahari dan senyawa organik. Selain senyawa organik pitoplanthon juga berperan sebagai
penghasil oksigen terlarut (nontji. 2005) fitoplankton berukuranterlalu kecil untuk dapat dilihat dengan mata telanjang.
Akan tetapi, ketika berada dalam jumlah yang besar, mereka dapat tampak sebagai
warna hijau di air karena mereka mengandung klorofil dalam sel-selnya (walaupun warna
sebenarnya dapat bervariasi untuk setiap spesies fitoplankton karena kandungan klorofil
yang berbeda beda atau memiliki tambahan pigmen seperti phycobiliprotein).
Fitoplankton secara umum membuhtuhkan faktor-faktor pendukung untuk membantu proses pertumbuhannya. Faktor-faktor tersebut
antara lain suhu, intensitas cahaya dan CO2 (Fogg, 1965). Pernyataan ini di benarkan oleh
Goldman dan Horne. Faktor penunjang pertumbuhan
fitoplankton sangat kompleks dan saling berinteraksi antara faktor fisika-kimia
perairan seperti intensitas cahaya, oksigen terlarut, stratifikasi suhu, dan
ketersediaan unsur hara nitrogen dan fosfor, sedangkan aspek biologi adalah
adanya aktivitas pemangsaan oleh hewan, mortalitas alami, dan dekomposisi.
(Goldman dan Horne, 1983).
1.2
Tujuan dan Kegunaan Tujuan dari
penelitian ini adalah
untuk menentukan Pengaruh
Perbedaan Temperatur Terhadap Variasi Pertumbuhan
Populasi Oscillatoria sp Skala laboratorium.
Sedangkan kegunaan dari penelitian ini adalah sebagai bahan informasi
awal tentang perbedaan temperatur terhadap variasi pertumbuhan
populasi Oscillatoria sp pada media kultur yang memberikan
pertumbuhan optimal untuk pengembangan budidaya Oscillatoria sp sebagai pakan alami.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Klasifikasi dan Morfologi Oscillatoria sp
Klasifikasi Oscillatoria sp menurut Surosos
A. Y, 1992:
Kingdom :
Plantae
Divisio
: Cyanophyta
Classis
: Cyanophceae
Ordo
: Hormogenales
Sub ordo
: Oscillatoriales
Familia
: Oscillatoriae
Genus
: Oscillatoria
Species
: Oscillatoria sp
Oscillatoria
sp yang diambil dari kata oscilla yaitu bergetar, berbentuk benang
tebal terdiri atas sel-sel pipih dan dapat bergerak dengan cara bergetar. Oscillatoria
sp terdiri atas berbagai jenis yaitu Oscillatoria
acuminata merupakan salah satu jenis Oscillatoria
yang sel ujungnya meruncing, Oscillatoira
foreani yaitu Oscillatoria yang
benang koloninya kecil, Oscillatoria
probocidae ujung koloninya seperti belalai, Oscillatoria princeps ujung koloninya berbentuk kepala.
Oscillatoria sp adalah genus dari cyanobacteria yang
berfilamen. Ia dinamakan Oscillatoria sp karena
gerakannya yang berosilasi.
2.2 Pertumbuhan
Menurut Effendie (1997), bahwa
pertumbuhan dipengaruhi oleh beberapa faktor baik itu faktor yang berasal dari
individu itu sendiri maupun berasal dari faktor luar atau faktor
lingkungan. Faktor dalam umumnya adalah
yang sulit dikontrol seperti keturunan, sex, umur, parasit dan penyakit,
sedangkan faktor luar meliputi makanan dan lingkungan perairan. Serta kekeruhan yang tinggi mengakibatkan pertumbuhan
organisme yang menyesuaikan diri pada air yang jernih menjadi terhambat dan
dapat pula menyebabkan kematian karena mengganggu proses respirasi (Hutagalung
et al., 1997).
Cahyaningsih, dkk (2005), menyatakan bahwa selama masa
inkubasi fitoplankton mengalami proses pertumbuhan yang di bagi menjadi 4
fase yaitu :
1. Fase Adaptasi 3. Fase Stasioner
2. Fase Logaritmik/eksponensial 4. Fase Kematian
1).
Fase Adaptasi
Disebut juga lag fase yakni pada fase ini sel melakukan
adaptasi terhadap lingkungannya dan
mulai melakukan metabolisme namun belum terjadi pertambahan sel.
2).
Fase Logaritmik/eksponensial
Fase ini merupakan fase dimana pertumbuhan fitoplankton
terjadi dengan cepat sehingga terjadi pertambahan jumlah sel yang sangat
signifikan.
3).
Fase Stasioner
Fase stasioner atau yang sering disebut fase pertumbuhan
tetap ialah fase dimana laju reproduksi seimbang dengan laju kematian. Fase ini merupakan puncak pertumbuhan
populasi fitoplankton.
4).
Fase Kematian
Fase kematian ialah fase dimana laju pertumbuhan lebih kecil
dari pada laju kematian, karena disebabkan oleh penurunan kemampuan metabolisme
dari fitoplankton.
2.3. Komposisi dan Kelimpahan Plankton
Penyebaran fitoplankton lebih
merata dibandingkan dengan zooplankton karena kondisi perairan yang
memungkinkan produksi fitoplankton seperti sifat fototaksis positif yang
dimiliki dan menyenangi sinar dan mendekati cahaya. Siklus pembelahan sel pada
fitoplankton relatif lebih singkat
daripada zooplakton. Sehingga untuk mencapai jumlah yang banyak bagi fitoplankton
diperlukan waktu yang lama. Selanjutnya dikatakan bahwa copepoda
merupakan hewan pemakan fitoplakton yang sangat efisien dan ternyata dapat
menurunkan kepadatan populasi fitoplankton secara mencolok di perairan
(Nybakken, 1992). Kelimpahan fitoplankton di suatu
perairan dipengaruhi oleh beberapa parameter lingkungan dan karakteristik
fisiologisnya. Kelimpahan akan berubah
pada berbagai tingkatan sebagai respon terhadap perubahan-perubahan kondisi
lingkungan fisik, kimia maupun biologis (Reynolds et al. 1984). Faktor penunjang pertumbuhan fitoplankton
sangat kompleks dan saling berinteraksi antara factor fisika dan kimia perairan
seperti oksigen terlarut, suhu, kecerahan dan ketersediaan unsure hara nitrogen
dan fosfor (Goldman dan Horne, 1983).
2.4. Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Penyebaran Plankton
2.4.1. Suhu
Secara tidak langsung, suhu menentukan struktur hidrologis
perairan dalam hal kerapatan air (water density). Semakin dalam perairan, suhu
akan semakin rendah dan kerapatan air meningkat sehingga menyebabkan laju
penenggelaman fitoplankton berkurang (Raymont, 1981). Sedangakan
menurut Dawes (1981) suhu yang baik bagi biota laut untuk hidup normal
adalah 20 -35 ÂșC dengan fluktuasi tidak lebih dari 5 ÂșC. Menurut Ray dan
Rao (1964) dalam Dawson (1979)
2.4.2. Salinitas
Hampir semua jenis fitoplankton yang
berasal dari air laut dapat tumbuh optimal pada salinitas sedikit di bawah
habitat asalnya. yaitu 15-36 ppt sedangkan
salinitas optimal untuk oscillatoria sp adalah 27-30 ppt (Cotteau, 1996; Taw,
1990)
2.4.3. Potensial Hidrogen (pH) Keasaman terjadi karena berlebihnya
ion H+ pada suatu larutan, sedangkan alkalinitas terjadi karena
berlebihnya ion OH- pada suatu larutan. Potensial hidrogen atau sifat keasaman atau
basa (alkalinitas) suatu larutan sangatlah penting dalam faktor kelarutan dalam
air laut terutama terhadap pengendapan mineral atau unsur-unsur dan kehidupan
organisme pada suatu kondisi tertentu (Hutabarat dan Evans, 1985). Menurut CHALIK (1988.
Fitoplankton ini dapat tumbuh baik pada kisaran pH 8-9,5.
2.4.4. DO Sumber utama oksigen dalam air laut
berasal dari udara melalui proses difusi dan dari hasil fotosintesis
fitoflankton pada siang hari faktor-faktor yang dapat menurunkan kadar oksigen
dalam air laut adalah kenaikan suhu air, respirasi (khususnya malam hari),
adanya lapisan minyak di atas permukaan air laut dan masuknya limbah organik
yang mudah terurai (Hutagalung et al., 1997).
METODE
PENELITIAN
3.1. Waktu dan Tempat
Penelitian dilaksanakan pada bulan April-Mei 2013.
Penelitian bertempat di Laboratorium Plankton dan Kualitas Air Balai Penelitian
dan Pengembangan Budidaya Air Payau
(BPPBAP), Maros.
3.3. Metode Penelitian
3.2.1. Organisme
Uji
Organisme uji yang akan digunakan dalam
penelitian ini adalah diatom jenis Oscillatoria
sp.
3.2.2. Bahan dan Alat
Bahan
dan alat yang digunakan dalam penelitian dapat dilihat pada tabel 1 dan tabel
2:
No
|
Jenis bahan
|
Kegunaan
|
1.
2.
3.
4.
|
Oscillatoria sp
Air laut steril 30‰
Air tawar / aquades
Etanol
|
Sebagai organisme uji
Media kultur Oscillatoria sp
Untuk
menetralisir alat, DO, meter dan ph meter.
Untuk
mengawetkan Oscillatoria sp
|
Tabel
2. Jenis alat dan
kegunaannya dalam penelitian.
No
|
Jenis
alat
|
Kegunaan
|
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
28.
29.
30.
31.
32.
33.
|
Spidol snowman
Witeboard
Blower
Tabung
karbondioksida (CO2) konsentrasi 750 ppm dan 1000 ppm
Kabel
listrik
Toples kaca / plastik
Stiropoam
Slang
aerasi
Batu
aerasi
Krang
aerasi
Spoit
Lakban
warna kuning
Gunting
DO
meter
pH
meter
Thermometer
Automatic aquarium heater
Talenan
Gelas
ukur
Cover glas
Mikropipet
Botol
sampel
Mikroskop
Olympus BX 40
Stapol
Adaptor
Haemocytometer
Kaca
preparat kecil
Tissue
Kanebo
Buku
Pensil
Hand caunter (alat hitung)
Calculator
|
Alat penanda label
Papan
untuk menulis penjelasan penelitian
Menyuplai oksigen
Menyuplai CO2
Penyambung listrik untuk blower
Wadah pemeliharaan Oscillatoria
sp
Tempat penyimpanan wadah/toples
Penyuplai aerator
Penghasil gelembong CO2
Untuk mengatur besar kecilnya aerator
Alat untuk mengambil sampel
Sebagai label setiap toples
Untuk memotong alat
Untuk
mengukur konsentrasi oksigen terlarut
Untuk mengukur derajat keasaman
Mengukur suhu
Untuk
menaikkan suhu
Untuk
menyipan botol sampel
Tempat air pembilas haemocytometer
Gelas penutup sampel
Alat pengambil sampel
Alat menyimpan sampel
Alat untuk mengamati Oscillatoria
sp
Alat
bantu monitor mikroskop
Alat
bantu monitor mikroskop
Alatmenghitung
kepadatan Oscillatoria sp
Penutup haemocymeter
Untuk membersihkan haemocytometer
Untuk membersihkan alat
Tempat untuk mencatat hasil
Untuk mencatat hasil
Sebagai
alat menghitung kepadatan Oscillatoria
sp
Alat
untuk hasil akhir kepadatan Oscillatoria
sp
|
3.3.1. Perlakuan
Perlakuan
yang akan dicobakan selama penelitian adalah :
Perlakuan : suhu 300 Celcius
Perlakuan : suhu 320 Celcius
Perlakuan : suhu 340 Celcius
3.3.2. Cara Kerja
Hal yang pertama dilakukan adalah menyiapkan wadah dan
peralatan yang akan digunakan. Wadah
yang digunakan berupa toples plastik berkapasitas 2 liter, wadah dan peralatan yang akan
digunakan terlebih dahulu dicuci dengan menggunakan deterjen dan kaporit
sebanyak 100 ppm. Selanjutnya wadah dan peralatan tersebut dinetralkan
dengan natrium thiosulfat 50 ppm.
Wadah yang telah disiapkan diisi dengan air laut steril
sebanyak 1000 ml. Setelah itu dilakukan
penebaran bibit Oscillatoria sp. sebanyak 80 x 104 sel/ml untuk setiap wadah
penelitian. Hal ini sesuai dengan
pendapat Nukiyama (1976) dalam Muhaimin (2008) bahwa dalam kultur Oscillatoria sp. digunakan air laut sebanyak 80 – 90% dengan
padat penebaran awal 100.000 – 800.000 sel/ml.
Wadah tersebut kemudian diletakkan pada rak-rak (styropoam) kultur lalu
diberi pencahayaan dengan lampu TL 20 watt sebanyak 2 buah untuk setiap perlakuan. Selama penelitian berlangsung wadah ditutup
dan air medianya diberi aerasi terus menerus untuk menghindari pengendapan Oscillatoria sp., dan juga untuk
menyuplai CO2.
Pertumbuhan fitoplankton dalam kultur dapat ditandai dengan
bertambah banyaknya jumlah sel (kepadatan sel) (Takdir, 1990). Pertumbuhan populasi Oscillatoria sp. pada
penelitian ini dilakukan setiap 24 jam sekali dengan mengambil air sampel
sebanyak 1 ml/unit percobaan.
Untuk menghitung kepadatan sel Oscillatoria sp., digunakan haemocytometer. Mula-mula air sampel atau plankton tersebut diambil dengan menggunakan
pipet kemudian diberi etanol untuk mengawetkan atau mematikan sel Oscillatoria sp sebelum diteteskan
diatas haemocytometer untuk memudahkan perhitungan, selanjutnya kepadatan sel
dihitung dibawah mikroskop Olympus BX40 yang dilengkapi monitor dengan bantuan alat penghitung (hand
counter). Kepadatan sel populasi Oscillatoria sp. Untuk setiap ml nya dihitung dengan
menggunakan rumus menurut Mudjiman (2007 ).
Rancangan percobaan yang akan dipergunakan dalam penelitian
ini adalah Rancangan Acak menggunakan 3
perlakuan dengan 3 ulangan.
3.4 Parametar Yang Diamati
3.4.1 Kepadatan Oscillatoria sp.
Pertumbuhan fitoplankton dalam
kultur dapat ditandai dengan bertambah banyaknya jumlah sel (kepadatan sel)
(Takdir, 1990). Pertumbuhan populasi Oscillatoria sp. pada penelitian ini dilakukan setiap 24 jam
sekali dengan mengambil air sampel sebanyak 1 ml/unit percobaan.
Untuk menghitung kepadatan sel Oscillatoria sp., digunakan haemocytometer. Mula-mula air sampel diambil dengan
menggunakan pipet kemudian diberi etanol untuk
mematikan sel Oscillatoria sp
sebelum diteteskan diatas haemocytometer untuk memudahkan perhitungan, selanjutnya kepadatan
sel dihitung dibawah mikroskop Olympus BX40 yang dilengkapi monitor dengan bantuan alat penghitung (hand
counter). Kepadatan sel populasi Oscillatoria sp. Untuk setiap ml nya dihitung dengan menggunakan
rumus menurut Mudjiman (2007).
∑Sel/ml
= N x 104
Dimana
: N = jumlah rata-rata sel.
3.4.3.
Pengukuran Kualitas Air
Parameter kualitas air yang diamati
dalam penelitian ini adalah Suhu, pH, dan
DOmeter. Pengukuran dilakukan sebanyak 3 kali 24 jam, pengukuran pertama pada pukul 07:00, Pengukuran kedua padapukul 15;00 dan
sedangkan pengukuran ketiga di lakukan pada pukul 20:00, seterusnya selama penelitian
berlangsung.
HASIL DAN PEMBAHASAN
A.
Penyajian Tabel Penelitian
Pada bagian ini di bahas secara rinci mengenai data pertumbuhan oscillatoria sesuai hasil
penelitian yang didapatkan dilapangan, hasil yang dimaksud berbentuk
angka-angka yang di lampirkan dalam
betuk diagram untuk
mengukur peranan suhu terhadap pertumbuhan oscillatoria.
Tabel.4
data kepadatan sel harian fihtoplankton
Dengan
padat penebaran awal 100.000 – 800.000 sel/ml
Agar lebih mudah di pahami
Perbedaan Temperatur Terhadap Variasi Pertumbuhan penulis menyajiakan diagram harian
dan diagram kelimpahan secara keseluruhan dalam bentuk gambar :
Laju
Pertumbuhan bobot Harian
Gambar 3. Laju Pertumbuhan Bobot
Harian Oscillatoria
Pertama
belum mengalami peningkatan yang cukup memadai. Dengan menghitung padat
penebaran awal 100.000 – 800.000 sel/ml lalu membandingkan di jumlah terbanyak pada suhu 30 ÂșC/2 yaitu 140.003 dan terendah 983.300
pada suhu 34 ÂșC/3 karna di hari pertama fitoplankton masih dalam kondisi
aklimatisasi. Disebut
juga lag fase yakni pada fase ini sel melakukan adaptasi terhadap lingkungannya
dan mulai melakukan metabolisme namun belum terjadi pertambahan sel.
Gambar 4.Laju Pertumbuhan Bobot
Harian Oscillatoria
Pada hari ke 2 fithoplanthon mengalami pertumbuhan yang di suhu 32 stasiun
4 (182050) dan di susul oleh suhu 30 ÂșC stasiun 2 (171600) Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh
Effendi (2003) bahwa kisaran suhu yang optimum untuk pertumbuhan fitoplankton
di perairan adalah 20-30 0C. Maka dari itu hari ke dua di stasiun 2 (171600) sedikit mengalami peningkatan. Intensitas cahaya di penelitai ini dengan skala
laboratorium yang sangat berperan dalam proses fotosintesis diduga relatif
tidak berpengaruh, karena setiap stasiun mempunyai nilai kecerahan yang hampir sama. Demikian pula, pH air mempunyai nilai yang tidak
jauh berbeda sehingga diduga tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap
fitoplankton. Hal ini sesuai dengan pendapat dari Kimmel dan Groeger (1984)
serta Thornton et al. (1990) bahwa
ketersediaan unsur hara dan cahaya yang cukup dapat digunakan oleh fitoplankton
untuk perkembangannya.
Gambar 5.Laju Pertumbuhan Bobot
Harian Oscillatoria
Di stasiun 4 suhu 32 ÂșC,1(242.750)
mengalami perkembangan yang sangat pesat di pengaruhi oleh suhu yang
optimal untuk pertumbuhannya. United
State Departement of Interior (1970) dalam Siregar (1998) menyatakan bahwa suhu
juga dapat merubah jumlah spesies dalam suatu komunitas serta dapat menimbulkan
ledakan populasi dari suatu spesies. Hal ini menurut Welch (1952)
disebabkan kisaran toleransi setiap jenis organisme terhadap suhu berbeda-beda.
Gambar 6. Laju Pertumbuhan Bobot
Harian Oscillatoria
Di hari keempat
keaadannya perkembangan yang pesat terjadi di stasiun 7 suhu 34 ÂșC,1(290.500) di suhu ini baru mengalami
perkembangan pertambahan sel setelah hari ke 4
menurut Dawes (1981) suhu yang baik bagi biota laut untuk hidup normal
adalah 20 ÂșC - 35
ÂșC dengan fluktuasi tidak lebih dari 5 ÂșC.
Gambar 7. Laju Pertumbuhan Bobot
Harian Oscillatoria
Di hari ke 5 seluruh stasiun
mengalami penurunan pertumbuhan fithplanton juga memasuki fase kematian di sebabkan karna cakupan makanan tidak terpenuhi dalam wadah skala
laboratorium dan Menurut Effendie (1997), bahwa pertumbuhan
dipengaruhi oleh beberapa faktor baik itu faktor yang berasal dari individu itu
sendiri maupun berasal dari faktor luar atau faktor lingkungan. Faktor dalam umumnya adala yang sulit
dikontrol seperti keturunan, sex, umur, parasit dan penyakit, sedangkan faktor
luar meliputi makanan dan lingkungan perairan. Serta
kekeruhan yang tinggi mengakibatkan pertumbuhan organisme yang
menyesuaikan diri pada air yang jernih menjadi terhambat dan dapat pula
menyebabkan kematian karena mengganggu proses respirasi (Hutagalung et al.,
1997).
Gambar 8. Laju Pertumbuhan Bobot
Harian Oscillatoria
Di hari ke enam dalam gambar 8
menunjukkan tingkat kematian terendah
dalam fase ini hanya terjadi di suhu 34 ÂșC itu pun hanya di stasiun 7(34
ÂșC /1) tak
dapat mewakili secara keseluruhan, suhu 32
ÂșC, dan suhu 30 ÂșC, untuk kondisi factor luar seperti yang di katakan
Hutagalung faktor luar meliputi makanan dan lingkungan perairan. Serta
kekeruhan yang tinggi mengakibatkan pertumbuhan organisme yang
menyesuaikan diri pada air yang jernih menjadi terhambat dan dapat pula
menyebabkan kematian karena mengganggu proses respirasi (Hutagalung et al.,
1997).
Gambar 9. Laju Pertumbuhan Bobot
Harian Oscillatoria
Tertinggi stasiun 8 suhu 34 ÂșC (145.000) dan terendah stasiun 3 suhu 30
ÂșC (112.100)
tingkat kematian yang pertikal dan horizontal seluruh stasiun karna
wadahnya yang terlalu dangkal. Organisme
ini fotosintesis mengubah air dan karbon dioksida menjadi bahan organik, adalah
dasar dari rantai makanan laut. Distribusi dan pola pertumbuhan fitoplankton
(sebagai tumbuhan mereka harus tinggal di zona eufotik) menunjukkan variasi
vertikal dan musiman (Ross, 1982)Kelimpahan akan berubah pada berbagai tingkatan sebagai
respon terhadap perubahan-perubahan kondisi lingkungan fisik, kimia maupun
biologis (Reynolds et al. 1984).
Gambar 10. Laju Pertumbuhan Bobot
Harian Oscillatoria
Di hari terhir dalam penelitian ini menunjukkan Stasiun 5, suhu 32 ÂșC (115.543) tertinggi dan terendah tingkat
kematiannya suhu 32 ÂșC fithoplanton
masih bisa bertahan sampai hari ke delapan.
Sedangkan
stasiun 9 di suhu 34 ÂșC mengalami kematian yang sangat derastis hal ini di
sebabkan karna pengaruh suhu yang kurang optimal Arinardi (1981), menyatakan bahwa pada umumnya organisme
perairan akan mati pada kenaikan temperatur 3 ÂșC – 5 ÂșC di atas temperatur
maksimum perairan di sekitarnya. Sedangkan kenaikan temperatur 2 ÂșC – 3 ÂșC akan
mengakibatkan organisme mengalami stres. Menurut Hawkes (1978) alas an lain di
fase kematian ini karna Karbondioksida diperlukan fitoplankton untuk membantu
proses fotosintesis. Karbondioksida dengan kadar 1-2 % biasanya sudah cukup
untuk kultur fitoplankton dengan intensitas cahaya yang rendah. Kadar karbondioksida yang berlebih dapat menyebabkan ph
kurang dari batas optimum (Cotteau, 1996; Taw, 1990).
Gambar 11. Diagram Kepadatan
Dalam diagram kepadatan
menunjukkan Pertumbuhan rata – rata phitoplanton (oscillatoria) selama 8 hari
pemeliharaan antara suhu 30 ÂșC, suhu 32 ÂșC, dan suhu 34 ÂșC. Pada gamabar 14. Fase Adaptasi terlihat di hari pertama, Fase Stasioner terlihat di hari
kedua dan ke tiga Hari ke empat fitoplankton mengalami peningkatan
yang pesat (Fase Logaritmik/eksponensial), sedangkan hari kelima Fase Kematian
seterusnya sampai hari kedelapan.
B.
Parameter kualitas air perbedaan temparatur
Perlakuan
|
Kualitas
Air
|
|||
Perbedaan Temperatur
|
Suhu
|
pH
|
DO
|
|
300
C
|
28 – 30
|
7,97 – 8,15
|
3,43 – 6,64
|
|
320
C
|
29 – 32
|
5,57 – 7,91
|
1,75 – 5,26
|
|
340
C
|
29 – 32
|
7,45 – 8,34
|
2,71 – 8,81
|
|
Sumber
: Laboratorium Uji BPPBAP Maros
C.
Suhu
Suhu yang optimal untuk budidaya plankton berkisar antara
20-24 % walaupun hal ini dapat bervariasi dengan dekomposisi media budidaya dan
mikro alga toleran suhu 16-27 oC. Suhu dibawah 16 oC dapat menghambat pertumbuhan.
Sedangkan suhu 36 oC adalah mematikan untuk beberapa jenis
(Ekawati,2006).
Faktor-faktor yang mempengeruhi suhu antara lain musim,
ketinggian permukaan laut (attitude), waktu dalam hari, sirkulasi udara, penutup awan dan
aliran serta kedalaman bahan air. Pengaruh suhu juga didasarkan oleh organisme
aquatic. Organisme aquatic mempunyai kisaran suhu tertentu (batas atas dan
bawah) yang disukai bagi pertumbuhannya. Misalnya algae dari filum chlorophyta dan
diatom akan tumbuh dengan baik pada kisaran suhu 20 oC-30 oC
(HASTUN dalam EFFENDI.2008).
D.
pH
Organisme air
yang dapat hidup dalam suatu perairan yang mempunyai nilai pH netral dengan
kisaran toleransi antara asam lemah sampai basa lemah. Nilai pH yang ideal bagi
organisme air pada umumnya terdapat antara 7 sampai 8,5. Kondisi perairan yang
sangat asam maupun yang sangat basa akan membahayakan kelangsungan hidup
organisme karena akan menyebabkan terjadinya gangguan metabolisme dan respirasi
( Baur,1987 dalam Barus 2002).
E.
Oksigen terlarut (DO)
Erna et all., 1998 menyatakan
kondisi fisik tempat hidup suatu organisme yang efektif untuk berkembang dengan
baik adalah pH antara 6,5 – 9, hal ini juga sesuai dengan pernyataan menurut
Effendi (2003) yang menyatakan bahwa kadar oksigen terlarut pada perairan alami
biasanya kurang dari 10 mg/L. Sedangkan untuk salinitas < 5, oksigen terlarut > 5,0.
KESIMPULAN
DAN SARAN
5.1,1 KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dengan Rancangan Acak lengkap
Penulis mengambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Perbedaan temparatur sangat
mempengaruhi pertumbuhan oscillatoria peningkatan suhu di muka bumi akan mengancam seluruh oranisme perairan,
melihat peranan fitoplankton dalam rantai makanan.
2. Hasil penelitian menunjukkan Hari ke
4 paskah Fase stasioner merupakan puncak pertambahan sel. Pertumbuhan populasi fioplanton yang biasa di sebut Logaritmik/eksponensial
sekaligus awal dari fase kematian
3. Suhu optimal untuk pertumbuhan Oscillatoria sp., adalah 32 ÂșC (edyatma 2013)
5.1,2 SARAN
Perlu
adanya penelitian lanjutan mengenai Optimasi Suhu
Terhadap Variasi Pertumbuhan Populasi Oscillatoria pada
sekala yang berbeda,
VAZBET adalah Agen Tembak Ikan Joker123, Situs Slot Mesin Online
BalasHapus- Bonus New Member 20%
- Min. DP 25k
- Min. WD 25k
- Bonus Next Deposit 5%
- Bonus Referral 2%-5%
Pelayanan Professional 24jam!
WWW,VAZBETGAME,COM
WA: +855 878 795 20
BCA - MANDIRI - BNI - BRI
Hallo Semuanya, mau menikmati Jackpot tanpa batas ??? Mau Bonus new membernya ???
BalasHapusMau Kejutan specialnya ????
join now sekarang di EDENPOKER.xyz karena hanya di sini kamu bisa nikmati yang namanya
kepuasan bermain Poker Online.
Permainan Game judi online yaitu POKER , DOMINO , CEME , CEME KELILING , CAPSA , SUPER10 , OMAHAEDEN POKER HADIR MEMUDAH UNTUK BISA MENANG DAN GAMPANG MENDAPAT KAN JP..
Promo EDENPOKER.xyz diantaranya :
~ Minimal Deposit 15.000
~ Welcom Bonus New Member Rp. 10,000,-
~ Bonus Rollingan full 0,5% untuk semua permainan
~ Bonus referral 10%
~ Bonus Special Kejutan Yang Bisa Kamu Dapat Dari Turnover kamu
Dan Setiap Bulannya akan UpDate Bonus Menarik lainnya
EDENPOKER.xyz Bekerja sama dengan Bank :
~ BCA
~ BNI
~ BRI
~ MANDIRI
Jadi Mau Tunggu Apa Lagi Join Sekarang Dan Dapatkan Semua Bonusnya Hanya Di EDENPOKER.xyz
Email This
Share to Twitter
Share to Facebook
WA : +855 7863 3569
LINK : edenpoker.xyz
LINK : edenkilik.net
ANDA MENANG KAMI SENANG BOSKU !!
https://edenpoker.xyz